Tingkat kebiasaan membaca menghawatirkan

By: Muhammad shutalim

Sudah tidak asing lagi bagi kita jika mendengarkan sebuah fenomena membaca di dunia pendidikan merisaukan, bahkan fenomena itu sudah sering kita dengar mulai dari kecil, namun hingga kini masih belum ada perubahan berarti sehingga fenomena tersebut belum ennyah dalam kehidupan sehari-hari.  Rendahnya minat baca nyaris terjadi hampir disetiap jenjang pendidikan, mulai dari sekolah dasar sampai tingkat perguruan tinggi bukan hanya dari siswa dan mahasiswa melainkan guru serta dosen, masalah-masalah tersebut bisa dibuktikan jika kita berkunjung di sebuah perpustakaan atau toko buku, disana kita akan menjumpai banyak ruang kosong disetiap sudut yang ada, “banyak ruang kosong tersebut” dalam arti tidak banyak yang datang! sedangkan keadaan pada perpustakaan perguruan tinggi juga tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi dengan toko buku.

Ditinjau dari kebutuhan, buku merupakan bagian pokok dalam hidup. Entah untuk membangun kognitif serta menambah wawasan juga menjadi dasar melakukan sesuatu. Membaca buku menjadi suatu kewajiban bagi negara-negara maju misalkan dii Inggris, hampir semua penduduk di sana menyediakan waktu untuk membaca buku selama 1-3 jam perhari. Hasilnya mereka cenderung lebih produktif dalam segala bidang terutama bidang keilmuan.

Yang membuat sulit menumbuhkan minat baca di kalangan pebelajar sebenarnya rendahnya motivasi untuk mencari ilmu secara mandiri. Mereka masih saja berpersepsi bahwa pengetahuan hanya bisa didapat jika dilalui dengan kegiatan belajar secara formal, adanya guru, tugas, dan materi yang diberikan. Persepsi seperti itulah yang seharusnya dirubah dirombak secara total, sangat disadari merubah kedalam skala besar untuk menggalakkan minat membaca bukanlah hal yang segampang membalikkan telapak tangan, dari semua itu sebenarnya bisa di awali dari diri sendiri supaya kita bisa menjadi teladan bagi sesama. Kalau tidak dimulai sekarang untuk melestarikan minat baca lalu mau sampai kapan?